Maret 12, 2025

Desaekowisatatahfidz – Membangun Desa Wisata Terbaik

Menjadi salah satu desa terbaik di dunia dengan menawarkan kelebihan tanpa bandingan

Desa Terindah di Indonesia, Nyaman dan Pemandangannya Komunitas Lazim!

Indonesia dengan lebih dari 17.000 pulau, tak cuma diketahui sebab estetika alamnya yang luar biasa, melainkan juga sebab keberagaman kulturnya yang kaya.

Dari Sabang hingga Merauke, tiap-tiap sudut negeri ini tersembunyi desa-desa yang menyuguhkan estetika alam dan kearifan lokal yang tidak tertandingi.

Berdasarkan data dari Badan Sentra Statistik (BPS), jumlah desa di Indonesia per tahun 2016 menempuh 82.395 desa. Provinsi Jawa Tengah mencatatkan jumlah desa terbanyak, merupakan 8.559 desa.

Jumlah hal yang demikian lebih banyak 58 desa diperbandingkan dengan Jawa Timur yang mempunyai 8.501 desa.

Di sisi lain, provinsi dengan jumlah desa paling sedikit merupakan DKI Jakarta dan Kepulauan Bangka Belitung, masing-masing dengan 267 dan 387 desa.

Desa Terindah di Indonesia yang Asri dan Teduh

Berikut merupakan sebagian desa terindah di Indonesia yang mesti dikunjungi:

1. Desa Wae Rebo

Pulau Flores tak cuma menawarkan estetika alam, melainkan juga kekayaan tradisi. Wae Rebo, sebuah desa tradisional yang berlokasi di ketinggian 1.100 meter di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Desa ini dikelilingi oleh pegunungan dan hutan lebat.

Desa Wae Rebo sudah diatur oleh institusi survei internasional The Spectator Index sebagai salah satu desa terindah kedua di dunia pada tahun 2024 sesudah Rothenburg Ob der Tauber di Jerman.

Desa ini juga meraih Top Award of Excellence dari UNESCO serta UNESCO Asia Pacific Heritage Awards pada 2012.

Penghargaan hal yang demikian dikasih atas upaya revitalisasi rumah adat Mbaru Niang yang dibangun dengan motivasi gotong royong masyarakat dan memadukan pelestarian kebiasaan, serta peningkatan kesejahteraan warga desa.

Rumah adat unik Mbaru Niang ini mempunyai wujud tinggi dan kerucut serta atap yang seluruhnya terbuat dari jerami lontar. Rumah ini terdiri dari lima tingkat, masing-masing dengan fungsi khusus.

Tingkat pertama (lutur) untuk keluarga besar, tingkat kedua (lobo) untuk menaruh makanan dan barang, tingkat ketiga (lentar) untuk bibit panen, tingkat keempat (lempa rae) untuk persediaan makanan darurat, dan tingkat kelima (hekang kode) sebagai daerah persembahan untuk leluhur.

Kecuali itu ada juga rumah upacara yang dipakai untuk ritual kelompok sosial, di mana disimpan pusaka seperti gendang dan gong. Sedangkan mayoritas penduduknya beragama Katolik, mereka masih mempertahankan kepercayaan tradisional.

2. Desa Argosari

Dengan ketinggian menempuh 2.000 mdpl, Desa Argosari menjadi salah satu desa tertinggi di Indonesia. Berlokasi di lereng Gunung Bromo di Senduro, Lumajang, Jawa Timur, desa ini diketahui dengan panorama \\\”Negeri Di Atas Awan\\\” yang luar biasa.

Desa ini juga diketahui dengan oleh-oleh khas berupa patung kayu \\\”Upoko\\\”, hasil karya pengrajin lokal yang terinspirasi oleh seni religius dan intuisi batin.

Pada hari yang cemerlang, kau bisa menyaksikan panorama sisi barat Gunung Bromo, Bukit Teletubbies, Gunung Tempurung, serta padang savana. Di arah timur, kelihatan Gunung Lemongan, Gunung Raung, dan Gunung Argopuro.

Di sebelah utara, tampak Gunung Arjuna dan Gunung Welirang. Sementara itu di sebelah selatan, kau dapat merasakan pemandangan Gunung Semeru, gunung tertinggi di Pulau Jawa.

Sebagai salah satu pemukiman suku Tengger, Desa Argosari, masih mempertahankan kebiasaan seperti Upacara Karo untuk membersihkan dosa-dosa suku Tengger.

3. Desa Sumber Brantas

Sumber Brantas merupakan sebuah desa yang berlokasi di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Desa ini yaitu desa baru hasil pemekaran dari Desa Tulungrejo dan dulunya yaitu dusun komponen dari kawasan yang sama.

Desa yang berada diatas ketinggian 1400 sampai 1700 dpa ini berlokasi di barat energi lereng Gunung Arjuno, dengan lahan pertanian yang subur menunjang kesejahteraan penduduknya.

Mayoritas penduduk desa ini merupakan petani yang lazimnya memproduksi sayur-mayur dan produk hortikultura. Suasana pertanian yang kental sekalian memberikan panorama alam yang luar lazim.

Menempuh desa ini cukup gampang sebab tersedia angkutan transportasi publik yang seketika mengaitkan ke sana. Terdapat satu trek Kendaraan Penumpang Awam (MPU) yang bisa membawa kau dari Terminal Kota Batu ke desa ini.

Melainkan penting untuk mempertimbangkan apakah MPU hal yang demikian menuju Desa Sumber Brantas, sebab tak segala MPU melayani rute ini. Sebagian cuma stop di Desa Tulungrejo, yang berjarak cukup jauh dari Desa Sumber Brantas.

4. Desa Kete Kesu

Desa Kete Kesu merupakan destinasi liburan yang berlokasi di Bonoran, Toraja Utara, Sulawesi dan menawarkan panorama menawan dan. Desa ini mencerminkan kehidupan masyarakat Tana Toraja yang betul-betul menghormati kebiasaan.

Kete Kesu yaitu komponen dari program pelestarian tradisi dan familiar sebagai tempat penghasil kerajinan ukir, lukis, dan patung berkwalitas tinggi.

Di sepanjang jalan terdapat Tongkonan, rumah tradisional Tana Toraja yang berupa rumah pentas kayu dengan ruang di bawahnya untuk memelihara kerbau. Ciri khas Tongkonan merupakan pintunya yang terbalik, atap ijuk hitam, dan wujud yang menyerupai kapal terbalik.

Masyarakat percaya bahwa roh nenek moyang tinggal di utara, sehingga Tongkonan dibangun menghadap ke arah hal yang demikian.

Kalau mujur, pengunjung bisa menyaksikan bermacam upacara adat seperti Rambu Solo dan Rambu Tuka yang dijalankan antara bulan Juni sampai Desember.

Di desa ini tak tersedia hotel, melainkan pengunjung bisa menemukan akomodasi di Kota Rantepao yang berjarak 5 kilometer. Desa Kete Kesu bisa diakses dengan bis liburan, bis lokal, atau berjalan kaki.

5. Desa Suku Baduy

Suku Baduy yaitu klasifikasi etnis tradisional Sunda yang tinggal di Pegunungan Kendeng, Desa Kanekes, Leuwidamar, Lebak, Banten, sebagian jam dari Jakarta. Desa ini diketahui sebab masyarakatnya tak memanfaatkan teknologi modern, sedangkan zaman telah berubah.

Suku Baduy terbagi menjadi dua klasifikasi utama. Pertama merupakan masyarakat yang tinggal di kawasan yang disebut Baduy Komunitas, yang terdiri dari 22 desa.

Tamasya Baduy Komunitas berfungsi sebagai batas bagi 40 keluarga yang tinggal di tempat yang diketahui sebagai Baduy Dalam.

Baduy Dalam sendiri terbagi menjadi tiga desa: Cibeo, Cikertawana, dan Cikeusik. Penduduk desa-desa ini mempunyai interaksi terbatas dengan dunia luar dan tak menerapkan teknologi modern.

Perbedaan suku Baduy Komunitas dan Baduy Dalam dapat diamati dari baju sehari-harinya. Suku Baduy Dalam sepatutnya mengenakan baju adat berwarna putih atau biru yang tak boleh berkancing atau berkerah. Suku Baduy Dalam juga tak dibiarkan menerapkan alas kaki.

Sementara itu, masyarakat Baduy Komunitas tak jarang mengenakan baju adat berwarna hitam dan biru tua dalam kesehariannya.

Suku Baduy menghindari pemakaian produk kimia seperti sabun, pasta gigi, dan deterjen dalam kehidupan sehari-hari sebab dianggap merusak lingkungan.

Mereka betul-betul menjunjung tinggi praktik tradisional ini dan melarang pemakaian produk kimia secara sembarangan.

Satu-satunya jalan masuk ke desa-desa ini merupakan dengan berjalan kaki selama berjam-jam via jalan berlumpur di tengah pedesaan.

6. Desa Sade

Desa Maha Sade berlokasi di Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, Pulau Lombok, dan konsisten mempertahankan kebiasaan yang sudah dijaga selama 15 generasi sedangkan dihadapkan pada modernisasi.

Dalam bahasa Sasak, \\\”Sade\\\” berarti obat atau kesadaran. suku Sasak di desa ini sudah menyatu dengan ajaran Islam. Dalam urusan masyarakat seperti perkawinan, masyarakat akan melaksanakannya di mesjid atau Baruga Sekenam.

Desa Sade juga mengaplikasikan adat perkawinan satu suku, sehingga warganya cuma boleh menikah dengan orang dari suku yang sama.

unik lainnya merupakan kawin lari, di mana seorang pria menculik gadis opsinya dan menyembunyikannya sampai kedua keluarga setuju mengenai lamaran dan pernikahan.

Di Desa Sade terdapat sekitar 150 rumah adat yang mempunyai atap khas berbentuk seperti gunung dan terbuat dari rumput alang-alang. Dinding dan lantainya dijadikan dari campuran tanah liat dan dedak padi, lalu komponen luar ditutup dengan anyaman bambu.

Rumah-rumah itu disebut Bale Tani Gunung Ratu, yang berarti rumah dengan wujud seperti gunung dan dasar yang datar.

7. Desa Penglipuran

Penglipuran merupakan desa adat yang dulunya yaitu komponen dari Kerajaan Bangli dan sekarang berlokasi di Provinsi Bangli, Bali, dengan luas lebih dari 100 hektare dan ketinggian sekitar 550 meter di atas permukaan laut.

Desa ini diketahui sebagai salah satu tujuan liburan utama di Bali sebab masyarakatnya yang masih melestarikan tradisi tradisional Bali dalam kehidupan sehari-hari.

Arsitektur dan pengelolaan desa meniru filosofi Tri Hita Karana yang menekankan keseimbangan relasi antara , manusia, dan alam. Desa Penglipuran juga diakui sebagai salah satu dari tiga desa terbersih di dunia berkat kebersihan dan keteraturannya.

Desa ini sudah meraih bermacam penghargaan seperti Kalpataru, ISTA (Indonesia Sustainable Tourism Award) pada 2017, dan yang terupdate masuk dalam daftar Sustainable Destinations Top 100 versi Green Destinations Foundation. RTP menjadi panduan penting bagi pemain untuk memilih mesin slot yang dapat memberikan peluang kemenangan lebih tinggi. Semakin tinggi RTP, semakin besar kemungkinan link https://kozosushidining.com/ pemain untuk mendapatkan kembali sebagian dari taruhan mereka.

Desa Penglipuran bisa dijangkau dengan berkendara singkat dari Kota Bangli dan sedikit lebih jauh dari Denpasar. Desa-desa tetangganya seperti Kayang, Kubu, dan Gunaska, mempunyai metode hidup yang betul-betul berbeda dengan kehidupan modern.

Baca Juga : Desa Mistis di Jawa Tengah: Kepercayaan dan Legenda yang Menggugah Penasaran

Share: Facebook Twitter Linkedin

Comments are closed.